Training Program untuk Journalists dan Citizen Journalism, Melaporkan Isu-isu Terkait Iklim

Peserta pelatihan Let's Talk About Climate: Training Program for Journalists and Citizen Journalism, di Kota Bengkulu, Jum'at 5 Juli 2024.

BENGKULU, IDNPERS.COM – Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Bengkulu menggelar Let’s Talk About Climate: Training Program for Journalists and Citizen Journalism, di Kota Bengkulu, Provinsi Bengkulu. Training ini didukung AJI Indonesia bekerjasama dengan DW Akademie

serta dukungan Kementerian Luar Negeri Jerman.

Program pelatihan ini diikuti sebanyak 25 orang dari jurnalis warga dan jurnalis lokal dari berbagai platform. Mulai dari jurnalis digital, elektronik (Televisi, Radio) dan jurnalis media cetak.

Training tersebut digelar dengan dua rangkaian. Di mana sebelumnya 15 jurnalis telah mengikuti pelatihan secara online, Jumat-Sabtu, 14-15 Juni 2024. Untuk training secara luring, digelar Rabu-Kamis, 3-4 Juli 2024, di salah satu hotel di Kota Bengkulu.

Program ini, kata Ketua AJI Bengkulu, Yunike Karolina, akan menginisiasi pendekatan jurnalisme kolaboratif berfokus pada peningkatan kapasitas jurnalis dan masyarakat adat dalam melakukan jurnalisme warga untuk memantau krisis iklim di daerah.

Lalu, kata Yunike, terhubung dengan masyarakat lokal serta akan membekali jurnalis dan jurnalis warga dengan pengetahuan dan keterampilan untuk melaporkan isu-isu terkait iklim secara efektif.

Program ini, terang Yunike, menumbuhkan kolaborasi antara jurnalis profesional dan jurnalis warga untuk peliputan yang komprehensif, dan mendukung jurnalis untuk menghasilkan laporan dan video tentang iklim yang berkualitas tinggi.

”Penting bagi jurnalis untuk memahami berbagai permasalahan dan kearifan lokal yang sudah ada terkait krisis iklim. Kehadiran program ini akan membantu jurnalis dalam memahami dan menghasilkan karya jurnalistik yang lebih baik,” kata Yunike, Jumat (5/7/2024).

Ditambahkan Organizer Let’s Talk About Climate: Training Program for Journalists, AJI Bengkulu, Yuni Astuti, peserta program khusus jurnalis dan jurnalis warga yang tergabung dalam jurnalis warga AMAN Bengkulu.

Usai mendapatkan pelatihan tatap muka, terang Yuni, AJI bekerjasama dengan DW Akademie serta dukungan Kementerian Luar Negeri Jerman memberikan kesempatan kepada jurnalis lokal dan jurnalis warga, untuk mengembangkan kemampuan memproduksi liputan.

Jurnalis maupun masyarakat adat, kata Yuni, akan bekerja sama dalam proses community lab guna membantu masyarakat adat dalam memproduksi liputan (dalam bentuk teks atau video maupun foto), terkait permasalahan iklim serta lingkungan di Bengkulu.

Dalam proses ini, sampai Yuni, masyarakat adat akan mendapatkan pendampingan dari 10 jurnalis lokal (penerima fellowship) dan juga AMAN untuk memastikan konten mereka aman untuk dipublikasikan ke publik serta memperdalam rencana liputan mereka.

”Hasil liputan itu dipublikasikan di website, media sosial AMAN atau independen.id,” terang Yuni.

Yuni menambahkan, 10 jurnalis lokal akan dipilih untuk memproduksi liputan mendalam mengenai permasalahan iklim dan lingkungan yang sebelumnya proposal/usulan liputan telah disetujui trainer.

Selain itu, mereka diminta untuk mendampingi 10 masyarakat adat dalam community lab. Di mana selama proses liputan mereka akan didampingi 4 mentor yang ditunjuk. Satu mentor akan bertanggung jawab untuk 5 jurnalis fellow.

”Jurnalis terpilih berhak mendapatkan bantuan operasional dalam bentuk reporting fellowship dengan bantuan dana sebesar Rp7,5 juta. Insentif/operational support untuk jurnalis warga selama produksi liputan kolaborasi sebesar Rp750 ribu,” sampai Yuni.

Proses peliputan tugas akhir, jelas Yuni, selama 4 hingga 6 minggu. Selama proses tersebut peserta akan dipantau keamanan dan keselamatannya, terutama saat liputan di lapangan.

Sebab, tegas Yuni, AJI telah memiliki mekanisme advokasi bagi jurnalis yang mengalami kekerasan fisik, serangan digital atau kekerasan seksual akibat liputannya. AJI akan memberikan perlindungan dan advokasi kepada jurnalis yang dalam proses peliputan mengalami serangan/kekerasan.

”Empat peserta jurnalis terbaik dari Bengkulu, Ambon dan Timor Leste yang berpartisipasi aktif dan membuat liputan yang komprehensif akan dipilih dan mendapatkan hadiah tambahan berupa diberangkatkan untuk mengikuti COP 29 di Baku, Azerbaijan, pada November 2024,” tutup Yuni.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *